Cara Menghitung Diskon Harga Suatu Produk



Cara Menghitung Diskon Harga Suatu Produk - Jika kalian bepergian ke supermarket ataupun mal pasti kalian pernah melihat angka-angka yang dipajang dengan kata-kata diskon 50%, diskon 30%, sale 20% dan sebagainya. Tahukah kalian bahwa tanda-tanda tersebut sebenarnya menyatakan potongan harga dari suatu produk atau biasa dikenal dengan sebutan diskon. Dengan adanya diskon kalian bisa membeli suatu produk dengan harga yang lebih murah daripada harga aslinya. Tentunya harga dari barang tersebut dipotong sesuai dengan diskon yang berlaku untuk barang itu. Tapi tahukah kalian bagaimana sebenarnya cara menghitung harga barang yang telah diberikan diskon? Jika kalian belum mengetahuinya, coba simak penjelasan Rumus Matematika Dasar di bawah ini tentang diskon atau potongan harga barang:


Cara Menghitung Harga Barang Setelah Diskon


Cara menghitung harga dari suatu barang yang dikenakan diskon sebenarnya tidaklah terlalu sulit, sebagai contoh apabila suatu barang memiliki harga Rp. 500.000, kemudian barang tersebut dikenakan diskon 25%, maka pertama-tama kita harus menghitung terlebih dahulu berapa jumlah diskon yang sebenarnya diberlakukan untuk barang itu.

Harga diskon = harga awal x persentase diskon
Harga diskon = Rp. 500.000 x 25%
Harga diskon = Rp. 500.000 x 25/100
Harga diskon = Rp. 125.000

Setelah mengetahui harga diskonnya, barulah kita bisa mengetahui potongan harga untuk barang tersebut. Maka, jumlah uang yang harus kita bayar untuk barang tersebut adalah:

Harga akhir = harga awal - harga diskon
Harga akhir = Rp. 500. 000 - Rp. 125.000
Harga akhir = Rp. 375.000

Jadi harga barang tersebut setelah dipotong diskon adalah Rp. 375.000


Bagaimana, sudah mengerti? Untuk lebih memahaminya perhatikan beberapa contoh soal dan cara penyelesaiannya di bawah ini:

Contoh Soal 1:

Budi ingin membeli sebuah tas ransel dengan harga Rp. 125.000 karena pada saat itu bertepatan dengan tahun baru, maka tas tersebut diberikan diskon sebanyak 30%. Maka, berapakah jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh Budi untuk membeli tas ransel tersebut?


Penyelesaian:

Diketahui:
Harga awal = Rp. 125.000
Harga diskon = harga awal x persentase diskon
Harga diskon = Rp. 125.000 x 30%
Harga diskon = Rp. 125.000 x 30/100
Harga diskon = Rp. 37.500

Ditanyakan:
Harga akhir = ...?
Harga akhir = harga awal - harga diskon
Harga akhir = Rp.125.000 - Rp. 37.500
Harga akhir = Rp.87.500

Jadi jumlah uang yang harus dibayar Budi untuk membeli tas tersebut adalah Rp. 87.500


Contoh Soal 2:
Ibu Ani ingin membeli sebuah kulkas, setelah menemukan kulkas yang ia inginkan, Ibu ani pun pergi menuju kasir untuk membayar kulkas tersebut. Setelah diberikan potongan harga sebanyak 40% harga kulkas tersebut menjadi Rp. 750.000. Hitunglah berapa harga awal dari kulkas tersebut sebelum diberikan diskon.


Penyelesaian:

Diketahui:
Harga akhir = Rp. 750.000
persentase diskon = 40 %

Ditanyakan:
Harga awal = ...?

Gunakan Logika perbandingan :
X% +Y% = Z %
40% + 60 % = 100 %


Rp X + Rp 750,000 = Rp Z
(Rp 750.000 x 40%) : 60 % = Rp 500,000

Jadi Harga awal adalah Rp 750,000 + Rp 500,000 = Rp 1,250,000

Jadi harga awal dari kulkas tersebut sebelum dipotong diskon adalah Rp 1,250,000


Demikianlah penjelasan singkat mengenai Cara Menghitung Harga Barang Setelah Diskon semoga kalian dapat memahaminya dengan baik. Mohon maaf apabila ada kesalahan di salam penulisan kata ataupun di dalam perhitungan angka-angka yang ada di dalam penjelasan di atas. Atas perhatian dan kesediaannya membaca artikel ini sampai akhir kami ucapkan terima kasih.

Related Posts:

Mengenal Lebih Dalam Tentang Puisi Lama Dalam Bahasa Indonesia

Mengenal Lebih Dalam Tentang Puisi Lama Dalam Bahasa Indonesia ~ Puisi Lama merupakan salah satu kekayaan penggunaan Bahasa Indonesia. Puisi Lama memiliki konsep yang unik dan bentuknya juga sangat berbeda dengan model puisi yang kita kenal sat ini. Puisi Lama dibuat oleh orang-orang terdahulu, atau nenek moyang bangsa Indonesia yang kebanyakan tidak dikenal namanya. Jarang sekali dalam sebuah karya yang disebut dengan puisi lama dicantumkan nama pengarangnya. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya media untuk mendokumentasikan karya tersebut. Puisi lama sangat kental sekali dengan aturan-aturan penyusunannya, mulai dari aturan baris per baitnya, aturan penggunaan suku kata, sampai dengan penggunaan rima yang sesuai. Dan puisi lama merupakan puisi yang berhubungat erat dengan keadaan rakyat dan kehidupan sosialnya, sehingga penyampaiannya kebanyakan menggunakan media langsung mulut ke mulut. Oleh karena itu, pusi lama disebut juga dengan model sastra lisan.

Pengertian Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang penyusunannya sangat terikat pada aturan baris, bait, rima dan irama. Puisi lama belum terpengaruh dari model santra asing dan puisi lama identik dengan kehidupan rakyat jaman dahulu di Indonesia. Sebaigian besar hasil karya puisi lama disampaikan secara lisan oleh rakyat dalam kehidupan sosial sehari-hari. Karena proses penyampaian dan aturan-aturan yang melekat erat pada puisi lama tersebut, maka jenis puisi lama sangat banyak dijumpai berdasarkan ciri khususnya tersebut.

Mengenal Lebih Dalam Tentang Puisi Lama Dalam Bahasa Indonesia

Jenis-Jenis Puisi Lama

Ada banyak sekali jenis puisi lama yang telah diketahui dalam Bahasa Indonesia. Informasi ini juga dimasukkan ke dalam materi mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dipelajari di sekola-sekolah. Dan yang termasuk ke dalam jenis-jenis puisi lama adalah sebagai berikut:
  • Mantra,
  • Pantun,
  • Karmina,
  • Seloka,
  • Gurindam,
  • Syair, dan
  • Talibun
Untuk pengertian masing-masing jenis puisi lama dan contohnya dapat Anda lihat dalam dokumen yang saya lampirkan di bawah ini. Dokumen tersebut berisi uraian mengenai jenis-jenis puisi lama dan contoh puisi lama dari masing-masing poin yang saya sebutkan di atas. Dokumen dapat Anda download melalui link di bawah ini:
Demikian ulasan kali ini mengenai puisi lama dalam judul Mengenal Lebih Dalam Tentang Puisi Lama Dalam Bahasa Indonesia. Semoga ulasan kali ini dapat menambah pengetahuan Anda tentang puisi lama yang ada di Indonesia.

Related Posts:

Cara Menyelesaikan Operasi Hitung Campuran Pada Bilangan Bulat



Operasi hitung campuran pada bilangan bulat seringkali muncul di dalam soal ulangan semester bahkan ujian nasional. Oleh karenanya, memahami konsep operasi hitung campuran menjadi penting untuk dipelajari. Seringkali siswa salah dalam mengerjakan soal-soal seperti ini karena tidak mengetahui bagian mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Kita ambil contoh soal berikut ini:


Berapakah hasil dari (-5 + 7) x (-1 - 2) ....

A. 10
B. -10
C. -2
D. 50


Apakah kalian mengetahui jawaban dari soal tersebut? Terkadang masih saja ada yang kebingungan dalam mengerjakan soal-soal seperti ini karena tidak mengetahui apakah harus menyelesaikan per-kalian, pembagian, pengurangan, atau penjumlahan-nya terlebih dahulu. Hal terpenting yang harus kalian perhatikan di dalam menjawab bentuk soal seperti di atas adalah tanda kurung serta sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat.



Jikalau di dalam soal tersebut terdapat tanda kurung, maka operasi hitung yang ada di dalam tanda kurung tersebut harus kita selesaikan terlebih dahulu. Akan tetapi, di dalam beberapa soal mungkin kalian juga akan menemui operasi hitung campuran yang tidak diberi tanda kurung. Llau bagaimanakah cara mengerjakannya? Simak penjelasan Rumus Matematika Dasar berikut ini:

Sifat-Sifat Operasi Hitung pada Bilangan Bulat

Operasi pengurangan (-) dan penjumlahan (+) di anggap sama kuat, sehingga operasi yang terletak di sebelah kiri, diselesaikan terlebih dahulu.

Contoh:

(4 + 3) - 2 = 5
(4 - 3) + 2 = 3


Begitu juga dengan operasi pembagian (:) dan perkalian (-) dianggap sama kuat. Yang ada di sebelah kiri, diselesaikan terlebih dahulu.

Contoh:

(4 x 3) : 2 = 6
(4 : 2) x 5 = 10


Operasi pembagian (:) dan perkalian (x) posisinya lebih kuat dibandingkan operasi pengurangan (-) dan penjumlahan (+) sehingga operasi perkalian dan pembagian diselesaikan terlebih dahulu, barulah operasi penjumlahan dan pengurangan.

Contoh:

20 + (2 x 3) = 26

20 - (10 x 2 : 5) + 5 => 20 - 4 + 5 = 21



Coba perhatikan Soal di bawah ini:

20 x 4 + 30 : 5 = 86

20 x (4 + 30) : 5 = 136

(20 x 4 + 30) : 5 = 22

20 x (4 + 30 : 5) = 136


Meski pun angka serta operasi hitung nya sama, ternyata hasilnya akan berbeda bergantung kepada adanya tanda kurung di dalam soal tersebut. Jadi sekali lagi kalian harus mengingat dengan baik bahwa di dalam menyelesaikan operasi hitung campuran pada bilangan bulat, kalian harus mengamati adanya tanda kurung atau tidak di dalam soal tersebut. Apabila ada tanda kurung, maka perhitungan yang ada di dalam kurung tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu. Namun, apabila di dalam soal itu tidak terdapat tanda kurung, kalian harus mengikuti sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat yang sudah kami jelaskan di atas. Semoga membantu.

Related Posts:

Operasi Pembagian Bilangan Bulat



Operasi Pembagian Bilangan Bulat - Sebelum mempelajari operasi pembagian pada bilangan bulat, sebaiknya kalian memahami terlebih dahulu operasi perkaliannya. Mengapa demikian? Tentu saja itu dikarenakan operasi pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian. Untuk mengingatkan kembali mengenai operasi perkalian di dalam bilangan bulat, coba perhatikan uraian di bawah ini:

(1) 3 x 4 = 4 x 4 x 4 = 12

Sehingga kita dapat menuliskan 12 : 3 = 4

Atau

3 x 4 = 12 <=> 12 : 3 = 4


(2) 4 x 3 = 3 x 3 x 3 x 3 = 12

Sehingga kita dapat menuliskan 12 : 4 = 3

Atau

4 x 3 = 12 <=> 12 : 4 = 3


Dari kedua uraian di atas tentu kalian bisa melihat bahwasanya operasi pembagian adalah kebalikan dari operasi perkalian. Sehingga rumus-nya dapat dijabarkan menjadi :

"apabila K, L, dan M adalah bilangan bulat dengan L adalah faktor K dan L tidak sama dengan 0 maka berlakulah K : L = M <=> K = L x M"

Seperti yang sudah dijabarkan di atas sebelumnya, jika kalian ingin memahami operasi pembagian ada bilangan bulat, kalian semestinya mempelajari terlebih dahulu operasi perkaliannya. Sekarang izinkanlah Rumus Matematika Dasar untuk menjelaskan materi mengenai operasi pembagian pada bilangan bulat dan sebaiknya kalian membaca dan mengamatinya dengan saksama.


Pembagian Bilangan Bulat Positif/Negatif

Agar lebih mudah memahaminya, langsung saja simak contoh-contoh yang ada di bawah ini:

-3 x (-5) = 15, maka:

15 : (-5) = -3
15 : (-3) = -5


-7 x (-4) = 28, maka:
28 : (-7) = -4
28 : (-4) = -7


-12 x (-5) = 60, maka:

60 : (-12) = -5
60 : (-5) = -12


Dari contoh-contoh tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa apabila bilangan bulat positif dibagi dengan bilangan bulat negatif maka hasilnya akan berbentuk negatif, sehingga berlakulah a : (-b) = -(a:b)



Pembagian Dua bilangan Bulat Negatif

Langsung perhatikan contoh berikut ini:

4 x (-5) = -20, maka:

-20 : (-5) = 4
-20 : 4 = -5


-3 x 8 = -24, maka:

-24 : (-3) = 8
-24 : 8 = -3

9 x (-2) = -18, maka:

-18 : (-2) = 9
-18 : 9 = -2


Dari uraian contoh di atas dapat kita simpulkan bahwa apabila bilangan bulat negatif dibagi dengan bilangan bulat negatif akan menghasilkan bilangan bulat positif, sehingga (-a) : (-b) = (a:b)


Pembagian Nol dengan Bilangan Bulat

Kita ingat kembali sifat perkalian bilangan bulat dengan nol (0). Di dalam tiap-tiap bilangan bulat, berlaku sifat: a x 0 = 0 maka 0 : a = 0

Namun, sifat tersebut tidak akan berlaku apabila a = 0 karena apabila 0 dibagi dengan 0 maka hasilnya tidak akan terdefinisi. Kesimpulannya adalah jika bilangan nol (0) dibagi dengan bilangan bulat (bukan nol) maka hasilnya akan selalu nol (0).


Rasanya cukup sekian pembahasan yang dapat kami berikan untuk materi tentang operasi pembagian pada bilangan bulat. Sampai berjumpa kembali pada materi pelajaran matematika yang lain, terima kasih telah membaca postingan ini sampai akhir. Mohon maaf apabila ada kesalahan di dalam perhitungan di atas, apabila ada kesalahan mohon berikan komentar pada kolom yang ada di bawah. Semangat Belajar!!!

Related Posts: