Perbedaan Arti Kata Nikmat dan Arti Kata Lezat


Kata 'nikmat' dan kata 'lezat' memang bersinonim. Ada irisan makna bisa saling sulih (saling menggantikan) meskipun tidak sepenuhnya. Jadi ada kalanya sebuah kalimat dan ungkapan bisa menggunakan dan lebih pas jika menggunakan kata nikmat, sementara tidak bisa diganti oleh kata lezat. Begitu juga sebaliknya, penggunaan kata lezat tidak bisa sepenuhnya mengganti kata nikmat.

Berikut ini

Related Posts:

Awalan ke- dan Kata Depan ke | Penjelasan arti dan Pengertian serta Contohnya


Sebenarnya apa bedanya ke sebagai awalan dan ke sebagai kata depan. Jelas beda. Ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata selanjutnya. Jadi, ke merupakan kata tersendiri. Dalam ilmu bahasa disebut dengan fonem bebas.

Selanjutnya, ke sebagai awalan penulisannya melekat pada kata atau fonem. Jadi ke sebagai awalan ditulisa satu rangkaian dengan kata selanjutnya. Ke tidak bermakna, tapi

Related Posts:

Awalan ke- dan Kata Depan ke | Penjelasan arti dan Pengertian serta Contohnya

Sebenarnya apa bedanya ke sebagai awalan dan ke sebagai kata depan. Jelas beda. Ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata selanjutnya. Jadi, ke merupakan kata tersendiri. Dalam ilmu bahasa disebut dengan fonem bebas.

Selanjutnya, ke sebagai awalan penulisannya melekat pada kata atau fonem. Jadi ke sebagai awalan ditulisa satu rangkaian dengan kata selanjutnya. Ke tidak bermakna, tapi bisa mengubah makna. Ini untuk ke sebagai awalan.

Penulisan yang tepat untuk awalan ke- harus disertai dengan tanda hubung '-'. Menandakan bahwa penulisan ke- sebagai awalan tidak dapat dipisah dengan kata yang dilekati.


Untuk lebih lengkapnya mengenai perbedaan antara kata ke sebagai awalan dan ke sebagai kata depan dapat dilihat dalam artikel yang berjudul Ke yang dipisah dan ke- yang disambung.

Dalam artikel ini, dibahas khusus tentang ke- sebagai awalan. Dalam kaidah bahasa Indonesia yang baku tidak dibahas tentang awalan ke-. Awalan ke- hanya terdapat pada kalimat tidak baku, atau kata dan kalimat yang digunakan dalam ragam santai.

Contoh dalam kata:

ketawa
kepencet
keinjek
kebawa

Contoh kata yang mengandung awalan ke- di atas merupakan bahasa tidak baku. Untuk bahasa bakunya bisa diucapkan dan ditulis sebagai berikut:

ketawa = tertawa
kepencet = terpencet
keinjek = terinjak
kebawa = terbawa 

Jadi, awalan ke- pada masing-masing kata di atas memiliki makna 'tidak sengaja di....'.

Selanjutnya, selain awalan ke (prefiks) juga ada imbuhan (konfiks) ke- -an. Imbuhan gabung awalan dan akhiran ini memiliki dua makna yang berbeda jika digunakan dalam ragam bahasa yang berbeda. Maksudnya, antara ragam baku dan tidak baku, imbuhan yang terdiri dari awalan ke- dan akhiran -an bisa memiliki makna yang beda jauh.

Berikut ini daftar contoh kata dengan awalan ke- dan akhiran -an beserta maknanya.

ketiduran 
kejatuhan
kelelahan
kebesaran
kesulitan

Masing-masing kata di atas merupakan kata yang mendapat awalan ke dan akhiran -an. Secara berurutan masing-masing kata di atas memiliki kata dasar tidur; jatuh; lemah; berani; besar; dan sulit.

Sekarang kita telaah satu-persatu kata dengan awalan ke di atas.

ketiduran 

Arti awalan ke- pada kata di atas adalah 'tidak sengaja....'. Mirip dengan awalan ke- yang sudah dijelaskan sebelumnya. Jadi, jika dalam kalimat: Andi ketiduran di kelas. Memiliki makna, Andi tidak sengaja tidur di dalam kelas.

kejatuhan

Awalan ke pada kata kejatuhan bisa memiliki dua kemungkinan makna. Makna yang pertama adalah tidak sengaja di.....i atau terkena .... sementara makna yang kedua adalah proses ..... nya. 

Makna awalan ke yang pertama bisa muncul jika dalam konteks kalimat berikut ini:

Ketika duduk di teras, Andi kejatuhan buah mangga.

Jadi, si Andi tidak sengaja dijathui buah mangga.

Sementara makna yang kedua bisa muncul jika dalam konteks kalimat:

Kejatuhan Soeharto diawali dengan ketidakstabilan ekonomi dan politik.

Arti kata kejatuhan pada kalimat ini jelas berbeda dengan kata kejatuhan dalam kalimat sebelumnya. Pada kalimat ini, maknanya adalah proses.


kelelahan

Makna awalan ke pada contoh kata di atas adalah kondisi atau sedang mengalami. Contoh dalam kalimat kalimat berikut ini lebih memudahkan kita memahami maknanya.

Dia kehilangan konsentrasi karena kelelahan. 

Dalam kalimat di atas, awalan ke dan akhiran -an memiliki arti sedang lelah.

Bisa juga kata kelelahan memiliki arti terlalu. Contoh dalam kalimat:

Dia tidak bisa melanjutkan perjalanan karena kelelahan. 

Arti kata kelelahan dalam kalimat di atas adalah terlalu lelah.


kebesaran

Kata kebesaran yang memiliki kata dasar besar miliki dua makna. Pertama terlalu besar, dan kedua berkaitan dengan keagungan. 

Contoh kalimat dengan kata kebesaran yan memiliki arti terlalu besar.

Celana yang dipakainya selalu melorot karena kebesaran.

Kata kebesaran di atas merupakan kata dalam ragam percakapan tidak baku.

Contoh kalimat yang menggunakan kata kebesaran yang memiliki arti agung atau kebanggaan.

Prajurit TNI berbaris rapi dengan baju kebesarannya.

Jadi, arti kebesaran pada kalimat tersebut memiliki arti kebanggaan.


Demikian penjelasan arti dan contoh awalan ke dengan berbagai macam maknanya. Semoga tidak kebablasan dan tidak terjadi kesalahan.

Related Posts:

Yang Salah Adalah Provokasinya


Oke, kalian berpendapat bahwa mengucapkan selamat natal itu haram, merusak akidah, kafir. Silahkan.

Oke, kalian berpendapat bahwa mengucapkan selamat natal itu boleh, tidak haram, tidak melanggar akidah. Silahkan.

Semua pendapat adalah hak asasi. Yang dimiliki oleh masing-masing kita. Menjadi masalah adalah saat dua kutub  yang berbeda itu dipertemukan. Di ruang publik pula, baik di jalanan

Related Posts:

Yang Salah Adalah Provokasinya

Oke, kalian berpendapat bahwa mengucapkan selamat natal itu haram, merusak akidah, kafir. Silahkan.

Oke, kalian berpendapat bahwa mengucapkan selamat natal itu boleh, tidak haram, tidak melanggar akidah. Silahkan.

Semua pendapat adalah hak asasi. Yang dimiliki oleh masing-masing kita. Menjadi masalah adalah saat dua kutub  yang berbeda itu dipertemukan. Di ruang publik pula, baik di jalanan melalui baner, spanduk, dan baliho. Juga di ruang publik digital melalui status, tulisan, konten gambar, dan sebagainya. Terlebih dibumbui dengan kalimat-kalimat provokatif.

Seandainya, yang tidak setuju terhadap ucapan natal dari seorang muslim memberitahukan secara personal, tentu tidak akan seriuh ini. Tidak perlu menjadi heboh dan pembahasan yang bertele-tele.

Di satu sisi, orang yang mengharamkan ucapan natal, bikin spanduk. Disebar di jalur-jalur strategis. Dibentangkan dengan muka yang sangar, dibumbui dengan tulisan yang sangar "Yang merusak, mencopot spanduk ini berarti musuh Islam". Masak mencopot spanduk berarti musuh Islam? Sepertinya Islam tak sebengis itu. Nanti dikit-dikit musuh Islam. Jika itu hanya musuhmu, tolonglah jangan ajak dan bawa-bawa agama yang mulia ini.

Ada pula alasan bahwa, mengucapkan selamat natal bisa menganggu keimanan, pertanyaannya: Apakah keimananmu secetek itu? Dengan memakai blangkon berarti tidak islami, memakai gamis berarti islami? Apa iya? Apa benar?

Begitu juga sebaliknya, yang mengucapkan natal dari kalangan non-kristen sok-sokan pamer. Pasang spanduk besar, kami keluarga besar ini dan keluarga besar itu mengucapkan selamat hari raya natal. Sendainya tidak perlu begitu. Ucapkan ya ucapkan saja, secara personal. Langsung pada yang merayakan. Lebih tenang kan.

Tadi, yang melarang-larang. Apa hak kalian melarang orang lain yang bukan muridmu untuk melakukan dan mengucapkan sesuatu.

Ada sebuah cerita, seorang kiai dari Banyuwangi melarang muridnya yang hendak mengingatkan orang yang sedang pujian di masjid dengan pengeras suara yang salah. Seharusnya pujian yang benar adalah:

"La yaghfiru dzunuba... Inna rabbul alamain"

Tapi seoarang muazin sepuh, pujiannya jadi begini: "Layar biru... dzunuba..."

Sang kiai mengatakan kepada muridnya: "Jangan, biarkan itu. Jangan-jangan itu yang disukai Allah."

Betapa santun sang kiai itu, tidak perlu marah-marah. Memang salah. Tapi jangan disalah-salahkan. Apalagi dimusuhi, apalagi diharamkan. Apalagi dikafirkan.

Jika ingin memberitahu, bahwa mengucapkan "Selamat Natal" haram hukumnya bagi muslim, ya beri tahu secara personal. Akan lebih bermanfaat. Akan lebih sopan. Mungkin juga akan lebih mengena dan diterima oleh semua kalangan muslim. Kalau perlu, ketika memberitahukan bahwa 'mengucapkan selamat natal itu haram' kepada sesama muslim jangan sampai diketahui oleh orang kristen yang merayakan natal. Biar hanya tuhan yang tahu kebaikan kita. Tidak perlu orang lain tahu. Bukankah kita diajarkan oleh nabi ketika tangan memberi tangan kiri jangan sampai tahu?

Dibanding dengan bikin satu baner atau spanduk, dipasang, dipotret, kemudian disebar di media, usaha memberi tahu satu-persatu muslim memang lebih mahal biayanya. Tapi jika itu demi kebaikan yang baik bukankah dihitung sebagai jihad bilmal, dengan harta yang kita miliki. Kecuali jika memang tujuannya 'melarang mengucapkan natal' bukan untuk kebaikan, tapi ingin menunjukkan jati diri, menunjukkan eksistensi dan gumede. 

Coba semuanya waras, dan coba semuany mau mengalah. Seandainya yang ingin mengucapkan selamat natal, karena menghormati orang yang merayakan natal mengucapkan jangan sampai diketahui orang yang melarang. Pasti tidak ada perselisihan. Begitu pula yang melarang, tak perlu dengan cara provokatif, pasti tidak ada masalah.

Jangan-jangan kita adalah masalahnya. Sementara Tuhan dan Malaikat tersenyum kecut melihat ulah kita sambil berkata, "Dasar manusia, sukanya memperdebatkan kulit. Padahal yang kulihat adalah dan jiwanya."

Related Posts:

Mendukung Haram Mengucapkan Selamat Natal


Polemik hukum mengucapkan selamat natal selalu menjadi perdebatan panas, setiap tahun. Menjelang perayaan hari natal. Ada yang menganggap bahwa Muslim dilarang mengucapkan selamat natal karena bisa mengganggu akidah.

Sebenarnya apa sih hukum mengucapkan selamat natal bagi orang Islam atau muslim? Berikut ini penjelasan dari beberapa pendapat yang sudah dirangkum. Baik pendapat yang mengatakan

Related Posts:

Arti Kata Dimodalin dan Imbuhan di- -in dalam Ragam Bahasa Percakapan


Kata 'Dimodalin' cukup santer dibahas. Khususnya di media-media online maupaun di sosial media yang fokus di konten politik. Kata 'dimodalin' santer disebut karena menjadi salah satu janji kampanye yang ditulis di spanduk pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang berhasil memenangi kontestasi.

Kubu yang kritis menganggap janji kampanye program OK OCE merupakan penipuan. Sementara kubu

Related Posts:

Arti Kata Dimodalin dan Imbuhan di- -in dalam Ragam Bahasa Percakapan

Kata 'Dimodalin' cukup santer dibahas. Khususnya di media-media online maupaun di sosial media yang fokus di konten politik. Kata 'dimodalin' santer disebut karena menjadi salah satu janji kampanye yang ditulis di spanduk pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang berhasil memenangi kontestasi.

Kubu yang kritis menganggap janji kampanye program OK OCE merupakan penipuan. Sementara kubu yang pro menganggap bahwa mereka tidak pernah berjanji memberikan modal. Adapun foto spanduk kampanye yang belakang santer lagi beredar dianggap sebagai hasil karya relawan yang tidak pernah dijanjikan sendiri oleh pasangan calon. Jadi, wakil gubernur mengatakan bahwa dalam program OK OCE, dia tidak pernah berjanji memberikan modal usaha, hanya memfasilitasi pinjaman modal usaha.


Terserah, blog ini bukan blog politik, ini adalah blog bahasa. Maka yang akan dibahas adalah dari sudut pandang bahasa. Sebenarnya apa arti kata dimodalin. 

Sebuah kata memiliki makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna kata yang terlepas dari konteks kalimatnya. Sementara makna atau arti gramatikal adalah makna atau arti sebuah kata yang dihubungankan dengan konteks situasinya. Baik konteks lawan tutur, konteks penuturan, waktu, dan medianya.

Begitu juga dengan makna 'dimodalin' yang memiliki kata dasar 'modal'. Akan kita bahas arti 'modal' dan 'dimodalin' secara leksikal maupun arti kata 'modal' dan 'dimodalin' secara gramtikal dalam spanduk kampanye seperti yang telah dijelaskan di atas.



Dalam spanduk kampanye di atas tertulis:
DIMODALIN
PUNYA BISNIS!
DISEDIAIN 
TEMPAT USAHA!
DICARIIN PEMBELI!

Nah sekarang kita bahas satu kata dulu, yaitu kata dimodalin.

Dimodalin adalah bentuk tidak baku yang berasal dari kata dasar modal. Kata modal mendapat imbuhan di- -in menjadi dimodalin. 

Arti kata modal ada dua yaitu:

yang pertama: Modal berarti  uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang atau  harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan dan sebagainya.

yang kedua: Modal memiliki makna kias sebagai barang yang digunakan sebagai dasar atau bekal untuk bekerja (berjuang dan sebagainya). Contoh dalam kalimat: Keberanian merupakan modal pertama dalam ujian;

Jadi, kata modal dalam bidang usaha memiliki makna uang dan barang yang bisa digunakan sebagai pokok. Sementara makna kiasannya adalah sesuatu yang menjadi bahan atau dasar.

Dalam dunia ekonomi bisnis, yang dimaksud dengan modal bisa berupa aktiva dan pasiva, bahkan hutang dalam dunia bisnis juga termasuk modal.

Nah, karena mendapat imbuhan di- -in menjadi dimodalin artinya diberi modal. Jika merujuk pada arti kata modal di atas maka bisa jadi kata dimodalin bermakna diberi uang  atau bisa jadi bermakna diberi keberanian atau keterampilan.

Pengertian di atas adalah pengertian modal dan dimodalin secara leksikal (makna kamus). Selanjutnya kita bahas arti modal dan dimodalin dari segi gramatikal. Harus disesuaikan dengan konteks penuturannya.

Sebelum dijelaskan maknanya, mari kita ingat-ingat dulu konteks penuturan kata dimodalin. Kata tersebut diucapkan dan digunakan sebagai slogan kampanye (janji kampanye). Konteks kalimatnya, kata itu bersanding dengan kata usaha, tempat usaha, pembeli. Jadi, pasti berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Selain itu, dalam pemaparan program calon gubernur, Sandiaga S. Uno pernah mengatakan bahwa 300 juta cukuplah.

Berdasarkan konteks kalimat dan konteks situasinya, maka kata dimodalin bermakna diberi uang sebagai modal usaha.

Menjadi polemik karena, makna kata dimodalin yang ditangkap oleh mitra tutur atau lawan bicara menjadi berbeda dengan apa yang dimaksud oleh penuturnya. Sandiaga S. Uno dan tim OK OCE-nya mengatakan bahwa yang dimaksud sebagai dimodalin adalah difasilitasi untuk mendapatkan modal usaha (pinjaman) ke bank serta diberi keterampilan usaha.

Nah, jika keterampilan dan fasilitasi keberanian untuk bisa pinjam ke bank, berarti Sandiaga S. Uno dan tim OK OCE-nya memaknai kata modal dengan makna yang kedua yaitu makna kiasan seperti yang telah diucapkan di atas.

Apakah Sandiaga S. Uno ingkar janji? Tentu saja tidak bisa dijustifikasi begitu, tetapi dia dan tim kampanyenya dulu telah melakukan pembiaran terhadap kesalahpahaman para calon pemilihnya. Tentu warga Jakarta berpikir diberi uang sebagai modal usaha. 

Bukankah pemimpin yang baik harus dicintai rakyat dan mencintai rakyat? Kalau saling mencintai berarti harus saling memahami. :)

Related Posts:

Pengertian Bahasa sebagai Istilah dan Arti Bahasa sebagai Kata



Pengertian Bahasa sebagai Istilah dan Arti Bahasa sebagai
Kata | Pustamun.blogspot.com |





Dalam artikel tentang arti dan pengertian bahasa ini
dibedakan antara kata bahasa dan istilah bahasa. Menjelaskan arti bahasa berarti
merujuk pada kata ‘bahasa’ sementara pengertian bahasa merujuk pada
penjelasan konsep tentang teori bahasa.



Yang pertama kita bahas adalah arti bahasa. Dalam bahasa

Related Posts:

Pengertian Bahasa sebagai Istilah dan Arti Bahasa sebagai Kata

Pengertian Bahasa sebagai Istilah dan Arti Bahasa sebagai Kata | Pustamun.blogspot.com |


Dalam artikel tentang arti dan pengertian bahasa ini dibedakan antara kata bahasa dan istilah bahasa. Menjelaskan arti bahasa berarti merujuk pada kata �bahasa� sementara pengertian bahasa merujuk pada penjelasan konsep tentang teori bahasa.

Yang pertama kita bahas adalah arti bahasa. Dalam bahasa Indonesia, ada kata �bahasa� terdapat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Keempat Pusat Bahasa halaman 116-117. Bahkan kata yang berkaitan dengan �bahasa� terdapat pula penjelasannya sampai halaman 118.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Keemat yang terbit pada 2008 tersebut, ada tiga kata �bahasa� yang berbeda-beda.

Pertama, kata Bahasa yang memiliki pengertian sebagai alat komunikasi.

Kedua, kata bahasa yang merupakan serapan dari bahasa Minangkabau (kode Mk) yang merupakn partikel dan memiliki arti kata yang digunakan untuk menghubungkan bagian ujaran. (KBBI 2008:117).


Ketiga, kata bahasa yang memiliki arti sedikit. Kata bahasa yang ketiga ini merupakan adverbia. Contoh penggunaannya angin berembus sepoi-sepoi bahasa. Artinya, angin yang berembus perlahan.

Sementara itu, dalam Tesarus Alfabetis Bahasa Indonesia (TABI) yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa pada tahun 2010, ada tiga kata �bahasa�. Jadi, karena ada tiga jenis maka ada tiga kelompok sinonim bahasa.

Penjelasan tentang sinonim kata bahasa dapat dilihat pada (TABI, 2010:47). Masing-masing kata bahasa itu bersinonim dengan:

1. Bahasa yang bersinonim dengan adab dan budi pekerti.dll.

2. Bahasa yang bersinonim dengan aksen, dialek, percakapan, dll.

3. Bahasa yang bersinonim dengan satu kata bahwa. Jadi, kelompok yang ketiga ini sama artinya dengan kata bahasa yang berasal dari minangkabau, sebagari partikel.
Jadi, berdasarkan pengamatan terhadap kata bahasa yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tesauruf Alfabetis Bahasa Indonesia, ada tiga jenis kata bahasa yaitu: 1) bahasa yang memiliki arti alat komunikasi; 2) bahasa yang memiliki arti sopan santun atau akhlak; 3) bahasa sebagai sinonim kata bahwa.

Sementara itu, dilihat dari akar katanya, bahasa dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Sanskerta �bhasa�. Yang artinya sama saja dengan bahasa, allughah dalam bahasa Arab, dan language dalam bahasa Inggris.

Setelah mengetahui arti bahasa, selanjutnya kita bahas mengenai pengertian Bahasa sebagai sebuah konsep ilmu pengetahuan.

Pengertian Bahasa

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (manasuka) dan konvensional. Pengertian sederhananya begitu. Artinya, bahasa pada mulanya berbentuk ujaran (bunyi) bukan tulisan. Tetapi ujaran itu memiliki sistem, yaitu kententuan dan keterikatan.

Arbitrer ada yang memaknai sebagai manasuka ada pula yang memaknai sebagai sukarela. Maksudnya arbitrer adalah terserah tidak harus sama. Misalnya untuk menyebut alat musik pukul disebut kentongan karena berbunyi tong ketika dipukul. Tetapi tidak semua istilah berangkat dari kondisi itu. Misalnya tidak harus menyebut ting untuk besipadahal besi kalau dipukul berbunyi ting. Ini yang disebut manasuka.

Konvensional adalah, disepakati. Maksudnya dalam satu masyarakat bahasa, kaidah-kaidah dan arti kata serta maksud dari bunyi ujaran saudah saling dipahami. Sehingga bisa digunakan untuk menyampaikan pesan.

Sementara itu, dalam kita tata bahasa Arab klasik yang dimaksud kalam (??????) adalah allafdzu almurakkabu almufidu bilwad�i (????? ??: ????? ?????? ?????? ??????). Penjelasan ini ada dalam kitab jurumiyah kitab nahwu (kaidah tata bahasa Arab klasik) yang banyak dipelajari di pesantren-pesantren.

Jika diterjemahkan secara bebas, menjadi begini kalam adalah lafadz yang tersusun (murakkab) yang dapat dimengerti/berguna (mufid) dan sesuai situasinya (bilwad�i). Jadi, sama saja artinya dengan sistem lambang bunyi yang manasuka dan konvensional.
Kata ujaran dan lafad merupakan sinonim, yang juga bisa disebut dengan lambang bunyi.

Tersusun berarti sama saja dengan sistematis ada tata aturannya.

Berguna berarti memiliki arti, juga dapat diterjemahkan dapat dipahami. Sama halnya dengan arbitrer, meskipun manasuka tetap saling memahami antar-penuturnya.

Bilwad�i bisa diterjemahkan sebagai situasional atau sesuai konteks, jadi sama saja dengan konvensional karena dalam arti konvensional mengandung arti sesuai kesepakatan setempat berarti seuai dengan situasinya atau konteksnya.

Nah, melihat dari pengertian bahasa yang dijelaskan oleh para bahasawan Bahasa Indonesia yang ternyata juga terilhami oleh arti kalam dalam bahasa Arab (Kitab Jurumiyah) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Bahasa memiliki sifat universal, maksudnya tata aturan umum sebuah bahasa juga berlaku untuk bahasa lain meskipun miliki sistem lambang bunyi yang berbeda.

Perlu diketahui pula bahwa, dalam bahasa Arab, bahasa tidak diterjemahkan sebagai kalam (meskipun merupakan bagian maknanya), melainkan diterjemahkan sebagai allughoh (?????). Sementara dalam bahasa Indonesia, lughoh diserap menjadi logat yang juga merupakan bagian dari bahasa.

Demikian arti dan pengertian bahasa baik sebagai kata maupun sebagai istilah. Semoga bermanfaat.

Related Posts:

Pelakor Bukan Singkatan Tapi Akronim


Tulisan ini saya tulis karena ada komentar yang 'maksa' bahwa Pelakor itu adalah singkatan. Dianggap saya tidak paham bahwa Pelakor memiliki arti 'Perebut Laki Orang'. Mungkin dia yang komentar menganggap bahwa saya tidak paham itu.

Saya tegaskan bahwa, Pelakor bukan singkatan. Pelakor adalah AKRONIM. Nah, begitulah sebagian orang Indonesia. Suka maksa, dan merasa benar. Padahal lautan ilmu

Related Posts:

Pelakor Bukan Singkatan Tapi Akronim

Tulisan ini saya tulis karena ada komentar yang 'maksa' bahwa Pelakor itu adalah singkatan. Dianggap saya tidak paham bahwa Pelakor memiliki arti 'Perebut Laki Orang'. Mungkin dia yang komentar menganggap bahwa saya tidak paham itu.

Saya tegaskan bahwa, Pelakor bukan singkatan. Pelakor adalah AKRONIM. Nah, begitulah sebagian orang Indonesia. Suka maksa, dan merasa benar. Padahal lautan ilmu sangat luas. Pun saya begitu. Kadang dipikir tulisan di sini sudah benar. Ternyata ada saja yang salah. Ada yang lebih parah, ada tulisan yang pengertiannya terbalik. Untung ada yang mengingatkan. Jadi, bisa segera diperbaiki.



Nah, berangkat dari logika itu, logika bahwa kesalahan harus diperbaiki, maka dalam tulisan ini, akan dijelaskan mengapa Pelakor tidak saya sebut sebagai singkatan, melainkan saya sebut sebagai akronim.

Orang kebanyakan, maksudnya penutur bahasa Indonesia, terbiasa menyebut 'singkatan'. Padahal ada sedikit perbedaan antara singkatan dan akronim.

Orang Indonesia meyebut kata-kata berikut ini sebagai singkatan:

Polri singkatan dari Kepolisian Republik Indonesia.
Koramil singkatan dari Komando Rayon Militer.
PGRI singkatan dari Persatuan Guru Republik Indonesia.
Lesbumi singkatan dari Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia.
Pelakor singkatan dari Perebut Laki Orang.
WIL singkatan dari Wanita Idaman Lain.
UUD singkatan dari Ujung-ujungnya duit.

Nah, lho. Daftar istilah di atas, mulai dari Polri hingga UUD memang memiliki kepanjangan. Tapi tidak semuanya merupakan singkatan. Ada yang merupakan akronim.

Lalu apa bedanya akronim dan singkatan?

Sebelum dijelaskan, ada baiknya diperbaiki dulu penyebutan istilahnya.

Jadi, dari daftar istilah yang ada kepanjangannya di atas, berikut ini yang termasuk akronim dan yang termasuk singkatan.

Yang termasuk singkatan adalah:

PGRI dan UUD;

Yang termasuk akronim adalah
Polri
Koramil
Lesbumi
Pelakor
WIL.

Bandingkan kedua kelompok istilah di atas. Jika singkatan harus dibaca per huruf. Misalnya P-G-R-RI. dan U-U-D. Harus dieja, tidak bisa dibaca seperti halnya kata.

Sementara akronim, adalah bentuk penyingkatan yang bisa dibaca layaknya sebuah kata.

Pol-ri

Tidak dibaca pe-o-el-er-i. Begitu juga dengan pelakor tidak dibaca pe-e-el-a-ka-o-er. Bandingkan dengan bentuk singaktan. Biasanya singaktan juga selalu merupakan deret huruf yang harus ditulis dalam bentuk huruf kapital.

Meskipun dalam beberapa kasus, WIL juga bisa dibaca Wil tanpa perlu dieja We-I-eL.

Berdasarkan penjelasan tersebut, jelas sudah perbedaan antara Pelakor sebagai akronim ataukah sebagai singkatan. Sayan menganggap tetap, bahwa Pelakor adalah akronim. Bukan singkatan.

Related Posts: